Langsung ke konten utama

Postingan

Bab 26

"siapa kau?" tanyaku sekali lagi.  Laki-laki tampan di hadapanku menatapku dengan ekspresi bingung. Tak sabar menunggu jawaban,  aku beranjak menuju kamarku,  menutup pintu dan menguncinya.  Aku masih butuh sendiri.  Mengapa mereka semua menyembunyikan kenyataan dariku?  Apa salahku? Ini hidupku yang mereka bicarakan.  Apakah aku tak berhak mengetahuinya? Seseorang berusaha membuka pintu kamarku yang terkunci.  Namun ia tak memaksa.  Tak lama kemudian,  hening. Rahasia apa sebenarnya yang mereka sembunyikan.  Mereka,  keluargaku yang kupikir selama ini menyayangiku...  Ternyata tidak mempercayaiku.  Bahkan setelah aku memohon pada kakak-kakakku,  mereka tidak bergeming. Lalu,  haruskah aku mempercayai mereka?  Haruskah aku tetap diam menunggu?  Lama dalam bimbang dan gelisah.  Ada sesuatu yang kurasakan, rasa sakit di hati,  kecewa,  terkhianati. Kubayangkan wajah orang-orang yang kusayang satu per satu,  papa... Mama... Nat,  bob,  will,  sam,  tutsy,  julian. J
Postingan terbaru

Bab 25

Rasanya sudah lama aku tidak mengunjungi perpustakaan. Pagi ini,  aku bangun awal agar bisa mencari beberapa novel yang akan dijadikan rujukan di kelas siang nanti.  Jeans dan blouse berlengan 3/4 dipadu sepatu kets yang nyaman,  membuatku merasa lebih ringan melangkah.  Rambut panjangku kugelung sebagian,  sisanya kubiarkan menggantung bagai ekor kuda.   Perlahan kulangkahkan kakiku menuju perpustakaan di lantai bawah.  Pintunya tak tertutup.  Sepertinya savanah atau Yolan terlalu pagi mengawali hari,  sama sepertiku.  Belum sampai langkahku menuju pintu,  aku mendengar beberapa suara dari dalam perpustakaan.  Entah sudah berapa kali sejak aku kecil,  aku mendapati papa dan mama atau kakak-kakakku berbicara di dalam sana, alih-alih di ruang makan seperti biasa ketika aku dilibatkan dalam percakapan keluarga. Kuhentikan langkahku dan seperti seorang tukang intip tak tahu malu, mencoba melihat ke dalam.  Punggung papaku yang masih mengenakan mantel tidur navy, terlihat berdiri d

Piter Jadi Pangeran

Di pagi hari yang dingin, bunyi alarm membangunkan tidur piter. Namun, saat ia terbangun ia melihat sekelilingnya dan berkata. "Where am I...??" tanya Piter dengan rasa kaget. Tiba-tiba ketika ia sedang melihat sekelilingnya, berdirilah seorang gadis nan jelita di hadapan Piter. Piter merasa takut dengan kehadiran gadis itu secara tiba-tiba. "Si.. Siapa kau?" tanya Piter. "Haii.. Piter, namaku selly. Aku adalah putri disini, dan pasti kau kaget dengan kehadiranku secara tiba-tiba kan?" tanya putri selly. "Ya.. Dan mengapa kau tau namaku?? " tanya Piter. "Itu karena aku adalah seorang peri, dan sekarang kau sedang berada dinegri periku. aku memiliki kekuatan magic yang dapat mengetahui nama siapa pun dan menghilang secara tiba-tiba" jawab putri selly. "Mari Piter, kau akan aku ajak berkeliling melihat negri periku yang indah" ajak putri selly. Namun, Piter masih merasa takut dengan sang peri itu. "Tak apa Piter, aku tidak

Ong Gi Girl

Two Friends

Di hari yg cerah, aku terbangun dari tidurku dan teringat bahwa ada pelajaran tambahan di sekolah yg dilaksanakan pada hari ini. Saat aku sedang bergegas bersiap-siap,  tiba-tiba terdengar sesuatu yg mendekati pintu. Terdengar seperti langkah kaki "Tuk.. Tuk.. Tuk.. " badanku gemetaran karna kebetulan sekali rumah sedang sepi dan hanya aku seorang diri. Aku berjalan mendekati pintu dengan badan gemetaran untuk melihat siapa yg sedang mendekati pintu. Ternyata setelah aku membuka pintu terlihat ada seseorang yg sedang berdiri di depan pintu , dia adalah temanku yg bernama mutia yg sedang menungguku untuk berangkat ke sekolah bersama. "Ohh, ternyata kamu mutia. Bikin aku kaget saja" kata Marisa sambil tersenyum. "Iya Ris, apakah kamu mengikuti pelajaran tambahan hari ini? " tanya Mutia. "Iya aku ikut, tapi aku belum bersiap-siap. Apakah kamu mau menungguku? " tanya Marisa. "Iya, tidak apa - apa aku akan menunggumu" jawab Mutia. Tak lama k

Moment Bersama Ayah dan Ibu

Di pagi yg cerah, aku terbangun dari tidurku. Melihat ke luar jendela mobil ayah siap di naiki. Teringat diriku yg hari ini akan berlibur bersama ayah dan ibu. Segera aku pun bergegas bersiap-siap agar tidak terlambat, karena liburan ini sudah lama menjadi impianku. sudah banyak teman ku yg berkunjung kesana, mereka berkata tempat itu indah dan sejuk. Setelah siap aku pun bergegas menemui ayah dan ibu lalu berkata, "ayah... Ibu... Mengapa kalian tidak membangunkan ku?? Untung saja aku tidak terlambat, karena ini adalah impian ku sejak lama" kata rosa. "Maaf Rosa, ibu lupa untuk membangunkanmu" jawab ibu. "Lagi pula ayah ingin kamu bisa mandiri dan tidak selalu bergantung kepada kami" jawab ayah. "Iya yah, aku pasti bisa jadi anak yg mandiri kok" kata Rosa. "Ya sudah mari kita berangkat sebelum hari semakin siang, karena kalau siang cuaca semakin panas" kata ibu. "Baiklah bu, mari kita berangkat" jawab Rosa kepada ibu. Saat dip

Bab 24

Brak...  Brak... Seseorang berusaha menjadikan tubuhnya sebagai gelondong kayu yang biasa dipakai untuk menjebol gerbang benteng saat masa-masa perang dulu. "Julian,  apa yang kau lakukan?  Julian!  Julian! " Suara will yang panik menghentikan aksi julian pada bibirku.  Ia berdiri mematung, memandang pintu kamarku yang akhirnya roboh.  Will menyeruak masuk dan tanpa basa-basi melayangkan tinjunya pada wajah tampan Julian. Aku terpekik ngeri. "Will,  tidak will.  Will,  jangan" Sekuat tenaga aku berusaha menahan tangan will dan menyusupkan tubuhku diantara mereka. "Kau gila Juls.  Kau keterlaluan! " Will meneriaki Julian. Tangannya yang masih coba ku tahan,  mengepal erat hingga urat-urat birunya tercetak begitu jelas. "Will,  apa maksudmu, memangnya apa yang Julian lakukan? " aku balas meneriakinya tepat di depan dadanya, sambil mendongakan wajahku menatapnya. "Will,  tenanglah,  nak." seseorang menyentuh bahu Will,  be