Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2018

Bab 20

Kea Tak terasa waktuku untuk menikmati saat santai di liburan terpanjang yang pernah kumiliki telah hampir habis.  Besok lusa aku harus memulai kehidupan baruku sebagai siswa bari di Otago. Awal liburan yang lalu,  aku habiskan bersama evelyne. Sebagian besar adalah membantunya mengepak barang-barang yang akan ia bawa ke rumah barunya di Maumare.  Barang-barang utama dan besar-besar sudah diangkut tiga hari sebelumnya.  Yang tersisa hanya barang-barang pribadi yang bisa masuk ke dalam mobil keluarga dengan sekali angkut. Jeremy sudah lebih dulu pergi bersama Mrs.  Anderson. Sebenarnya sedih juga membayangkan aku tidak dapat bertemu dengan evelyne dalam waktu lama, juga Jeremy.  Aku berhutang maaf padanya atas ketidakhadiranku di pesta kelulusan waktu itu. Rumah evelyne tampak lengang,  dan aku sungguh akan merindukan masa-masa kami menghabiskan waktu disana.  Merindukan dinding penuh dengan foto-foto evelyne dan Jeremy,  merindukan sofa besar di depan televisi berwarna hitam ya

Bab 19

Julian Aku tak tahu, berapa lama lagi kehampaan ini sanggup kutanggung. Hatiku telah lama mati,  meski detaknya masih bergema menelisik relung-relung ingatan, yang dengan tak berperasaan membenamkanku semakin dalam dalam keterpurukan. Aku tak sanggup lagi.  Menghirup udara pun rasanya sangat menyakitkan,  bagaikan tarikan nafas satu satu narapidana yang sedang menjalani hukuman,  mati di ruang gas beracun. Aku merasa pasti,  bahwa jiwaku telah mati bersamanya.  Dan kini,  aku hanyalah zombie,  yang dipaksa bangkit dari kematian,  dan menjalani hidup tanpa kehidupan. Kuputuskan untuk membebaskan diriku,  dari sayatan tipis - tipis rasa bersalah yang tiap hari kuterima dan ribuan jarum penyesalan yang bertubi-tubi menghujamku. Laut di bawah sana,  mungkin akan menerima tubuhku penuh suka cita,  dan ombak akan membawaku pergi,  menyusulnya. Merampungkan apa yang telah kami rangkai.  Menyelesaikan apa yang telah kami mulai. Kupejamkan mataku, bersiap memeluk laut. Berharap keti

Bab 18

Tak sabar,  segera kulihat lagi foto itu dibawah sinar matahari tengah hari yang menerobos jendela kamarku.  Yolan benar,  foto ini sudah tampak usang,  tapi masih bagus.  Gambarnya masih jelas. Aku begitu yakin itu adalah foto keluarga kami jika dilihat dari wajah dan postur mereka yang ada dalam foto.  Seorang laki-laki berambut pirang dengan wajah tampan yang lembut,  merangkul seorang wanita cantik berambut coklat ikal sebahu,  mereka pasti mama dan papaku.  Dikanan kiri mereka,  tiga orang laki-laki yang juga tampan yang kukenali sebagai Nathan, Robert,  dan Willan, yang adalah kakak-kakakku.  Dan seorang wanita berambut keemasan panjang yang menatapku dengan mata coklat besarnya.  Ia lebih tinggi dari mama, dan usianya sekitar 20 tahun.  Wajahnya sangat mirip denganku,  tapi itu tidak mungkin aku. Lalu,  siapa dia? Rasa penasaran dan takut ketahuan,  mana yang lebih besar? Setelah menimbang-nimbang lama sambil membolak-balik tubuhku di atas kasur,  akhirnya kuputuskan rasa