Langsung ke konten utama

Two Friends

Di hari yg cerah, aku terbangun dari tidurku dan teringat bahwa ada pelajaran tambahan di sekolah yg dilaksanakan pada hari ini. Saat aku sedang bergegas bersiap-siap,  tiba-tiba terdengar sesuatu yg mendekati pintu. Terdengar seperti langkah kaki "Tuk.. Tuk.. Tuk.. " badanku gemetaran karna kebetulan sekali rumah sedang sepi dan hanya aku seorang diri. Aku berjalan mendekati pintu dengan badan gemetaran untuk melihat siapa yg sedang mendekati pintu. Ternyata setelah aku membuka pintu terlihat ada seseorang yg sedang berdiri di depan pintu , dia adalah temanku yg bernama mutia yg sedang menungguku untuk berangkat ke sekolah bersama. "Ohh, ternyata kamu mutia. Bikin aku kaget saja" kata Marisa sambil tersenyum. "Iya Ris, apakah kamu mengikuti pelajaran tambahan hari ini? " tanya Mutia. "Iya aku ikut, tapi aku belum bersiap-siap. Apakah kamu mau menungguku? " tanya Marisa. "Iya, tidak apa - apa aku akan menunggumu" jawab Mutia. Tak lama kemudian bergegaslah Marisa untuk mengikuti pelajaran tambahan di sekolah. Setelah Marisa bersiap-siap ia langsung mendekati Mutia dan berkata "cepat Mutia, kita sudah terlambat" kata Marisa sambil menarik tangan Mutia. "Hahh?? Kenapa aku yg kamu salahkan? Bukankah kamu yg terlambat Ris? " jawab Mutia. "Ohh, iya ya? Kan aku yg terlambat. Ya sudah aku minta maaf" kata Marisa tertawa. "Iya, tidak apa-apa" jawab Mutia tersenyum. Tak lama kemudian saat mereka sedang berada di jalan, Marisa melihat ada acara syuting kecil-kecilan dan berkata "hah?.. Mutia lihat, ada syuting kecil-kecilan disana" kata Marisa sambil menunjuk ke arah acara itu. "Wahh.. Bukankah itu impianmu sejak kecil? " tanya Mutia. "Iya, bisa tidak ya aku ikut di acara itu? " tanya Marisa. "Bagaimana kalau nanti saat kita pulang sekolah kita kesini lagi? Nanti akan aku bantu untuk berbicara ke sutradaranya? " tanya Mutia. "Ide bagus tuh, makasih ya kamu memang teman yang baik mut" kata Marisa terharu. "Iya, No Problem" jawab Mutia. Tak lama kemudian saat pelajaran selesai mereka pergi ke acara syuting kecil-kecilan yg mereka lihat dijalan tadi. Ketika mereka sampai mereka langsung mendekati sutradara syuting itu dan berkata "hmmmm.. Permisi pak, saya boleh ikut tes syuting tidak ya? " tanya Marisa. "Maaf, ini bukan bercandaan. Jadi jika kamu ingin ikut tes ini kamu harus memiliki bakat syuting" jawab produser. "Teman saya ini memiliki bakat syuting yg luar biasa pak! " jawab Mutia. "Baiklah saya akan mengetes kalian berdua" kata sutradara. "Oh tidak pak, hanya dia saja saya tidak ingin ikut tes juga" jawab Mutia. "Baiklah mari Marisa ikut saya" suruh sutradara. Marisa pun mengikuti kemana sutradara itu pergi, tak lama kemudian sampailah mereka disebuah taman yg indah. "Mengapa kita berhenti ditaman ini? " tanya Marisa. "Kita disini ingin melatih kamu untuk menjadi bintang film. Karena suasana di sini sangat cocok sebagai tempat syuting" jawab sutradara. Setelah Marisa menyetujuinya, sutradara pun langsung bergegas mempersiapkan alat alat yang dibutuhkan. Ngomong-ngomong kemana Mutia? Pasti kalian semua bingung,  mari kita lanjutkan. "Baiklah Marisa kamukan sudah diperbolehkan ikut tes. Kalau begitu aku pamit pulang ya? Aku ingin membantu ibuku menjaga toko" kata Mutia. "Ohh, kalau begitu baiklah. Jangan lupa pesta di sekolah besok ya? " kata Marisa. "Siap ris... Baiklah sampai jumpa besok.. " jawab Mutia. Setelah saat selesai diuji kemampuan Marisa, sutradara pun menyetujuinya dan akhirnya impian Marisa untuk terkenal sudah tercapai. Keesokan harinya saat mereka pulang dari pesta sekolah, mereka kembali lagi ke taman kemarin. Namun tiba-tiba Mutia bersedih, "mengapa kamu bersedih Mutia? " tanya Marisa. "Tidak, aku hanya berfikir setelah kamu terkenal nanti kamu pasti akan melupakanku. Dan kamu tak akan peduli lagi sama aku" jawab Mutia. "Apa yang kau fikir ini??? Tidak mungkin aku melakukan hal itu kepadamu, justru aku akan membuatmu terkenal juga karena kau yang telah membuatku mengejar impianku" jawab Marisa. "Tidak perlu kau lakukan itu, aku membantumu dengan ikhlas bukan karena aku juga ingin menjadi orang yang terkenal" jawab Mutia. "Tak mengapa akupun ikhlas melakukannya" kata Marisa tersenyum. "Terimakasih ya ris" kata Mutia. "Justru aku yg ingin berterimakasih kepadamu" jawab Marisa. Akhirnya setelah 1 bulan kemudian Marisa pun berhasil meraih impiannya bahkan bukan hanya Marisa, Mutia pun juga terkenal dan mereka selalu pergi bersama dan dijuluki 'two friends'.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Partners

Sejak kecil, senang membaca. Dulu, suka sekali baca koran, tabloid dan majalah. Kebetulan papa berlangganan Kompas dan Suara Pembaruan, tante senang beli Nova, dan mamah sesekali suka bawa pulang majalah Kartini atau Sarinah. Seingat saya, tiap lembar dari media massa cetak itu tidak ada yang terlewat saya baca. Sampai iklan baris yang dari dulu sampai sekarang dimonopoli "obat kuat" pun saya baca :D Selain membaca, sepertinya saya pun senang mengajar. Mengajar apa saja, membuat saya deg deg an, melancarkan aliran darah, meningkatkan adrenalin dan menyebabkan bahagia. Mungkin itu yang namanya passion :) dan salah satu cara saya mengajar adalah dengan request. Contohnya yang satu ini... Request dibuatkan usus goreng yang renyah crunchy, dan dikemas dengan cantik. Namun, ternyata harus cukup bersyukur dengan hasil usus goreng yang "over cook" sehingga alot dan susah dikunyah...hehehe. Tak semua partners kita harus orang yang sudah mumpuni di bidangnya, seperti

Bab 7

Sabtu pagi yang cerah selalu membuatku bersemangat.  Awal musim panas,  adalah waktu yang ditunggu-tunggu olehku dan teman-temanku di tempat pelatihan renang.  Ini saatnya kami berlatih menyelam tanpa peralatan apapun.  Jika lancar dan lulus test, maka di pertengahan musim panas nanti,  kami diperolehkan untuk menyelam di tempat sesungguhnya,  laut.  Membayangkannya saja sudah membuat jantungku berdebar-debar. Seorang wanita tinggi dalam balutan casual celana kulit ketat dan jaket dengan model dan warna senada menghampiri di ujung anak tangga. "Hai,  Kea, sudah siap untuk acara kita hari ini? " tanyanya sambil memeluk dan mencium pipiku.  "Tentu saja Sam,  aku sungguh tak sabar ingin mengumpulkan batu sebanyak-banyaknya.  Taruhan,  batuku pasti lebih banyak dibanding Sarah kali ini, " jawabku bersemangat. "Dan untuk itu,  kau perlu mengisi perutmu dengan makanan lezat ini terlebih dahulu,  Kea," Tatiana yang sudah berada di meja makan mengedikan bahuny

Abnormal

Usiaku baru beberapa bulan saja,  jalanpun masih harus sering berpegangan pada apapun yang bisa kuraih,  tembok,  pinggiran kursi,  jendela,  box tidurku,  atau berpegangan tangan dengan mama. Tapi,  aku sudah mampu memahami pembicaraan orang - orang disekitarku.  Aku tau kalau mama sering membicarakan om Yus,  bersama tante Lusi.  Om Yus yang tampan,  mapan,  dari keluarga baik - baik,  om Yus nya sendiri pun baik.  Beberapa kali om Yus main ke rumah dan menggendongku.  Tante Lusi naksir om Yus,  hanya sayangnya Om Yus sudah memiliki Tante Lani,  dan beberapa bulan lagi mereka akan menikah. Orang dewasa seperti mereka cenderung mengabaikan bayi sepertiku saat tengah asyik berbincang.  Andai mereka tahu bahwa panca indera dan otakku tak ubahnya seperti blackbox pada mobil atau pesawat terbang,  yang mampu memindai apapun yang terjadi disekitarnya. Semakin orang - orang tak perduli padaku,  aku semakin nyaman.  Masa - masa bayi yang kulalui dalam diam,  jarang menangis,  membuat mama